Minggu, 10 November 2013

Renungan Seorang Sarjana



Malam tak pernah terganti oleh apapun begitu pula oleh adanya siang itu adalah bagian dari perputaran kehidupan. Sama seperti manusia yang dahulunya mulai dari rencana orang tua untuk mempunyai keturunan dan menjadi bayi yang dilahirkan dirawat hingga mereka tumbuh menjadi anak-anak dan menjadi remaja kemudian dewasa selanjutnya menjadi tua hal itu tak bisa kita hindari dari kehidupan sehari-hari kita dalam kehidupan. Seperti aku yang di lahirkan dunia ini yang awalnya tak mengerti akan kehidupan aku di besarkan oleh kedua orang tua ku mereka mengajarkan akan segalanya mereka mengenalkan akan berbagai hal, dari awalnya aku tak mengetahui hingga aku yang ingin tahu apa semua yang aku ingin tahu, dari masa kecil ku yang selalu membikin susah mereka tapi mereka tetap sabar mengajarkan akan apa hidup walau pun bukan hidup yang aku jalani sendiri, hingga tak terasa kini aku sudah tumbuh dewasa mereka sekolah kan aku dengan penuh susah payah dan penuh ke ikhlasan pada ku tanpa ada mengelu pada diri ku, dari yang awalnya menuruti kemauan aku untuk ini dan itu meraka selalu berusa untuk memenuhi semuanya, kini aku yang tak terasa sudah 4 tahun dalam pendidikan universitas dan lulus dengan hati senang karna dapat menjadi calon sarjana. Mereka juaga senang dengan apa yang mereka usahakan untuk ku selama ini, mereka dapat bangga karena anak mereka dapat menyesaikan studinya menjadi sarjana. Namun bukan karna itu aku menjadi senang, kini aku lulus namun aku juga bertambah beban karna mau jadi apa aku atau lebih aku mau kerja apa sekarang kini hanya bingung dan merasa sedikit malau tuk meminta lagi kepada orang tua. Yang dulu aku hanya dapat mengahabiskan dana orang tuaku semua kebutuhan selalu mereka penuhi untuk ku walau pun semua mereka dapatkan tak mudah untuk memenuhi kebutuhan ku. Kini aku mulai merasa ada beban berat di pundak ini ketika aku masih saja menggantung hidup kepada mereka orang yang sangat super di dunia ini, manusia yang tak pernah merasa rugi dengan apa yang meraka lakukan walau belum tau apa hasilnya hanya demi seorang yang hanya dapat menyusahkannya yaitu Aku. Pernah terfikir di benak ku sebuah kata yang pernah aku baca dari sebuah buku yang judul nya ‘’ ciee...Sarjana nih Yee..!!
'' apakah gelar dapat mewakili kualitas dari individu yang menyandangnya?? apakah embel-embel ''SARJANA'' memang begitu signifikan dalam memengaruhi nama baik seseorang??'' Why...??’’.
dulu aku berfikir sarjana hanya sebuah nama atau ahanya sebagai trend namun ini dapat ku rasakan?? Pantas saja ketika aku bicara kepada sebuah teman yang sudah sarjana mereka tampak tak senang kepada ku. Haaaa……ternaya ini rasa yang mereka rasakan hingga mereka tak senang. 

 Seperti sosok mereka sarjana muda yang sedang bingung akan berbuat apa kedepanya, hingga mereka tertidur di depan toko di pinggir jalan sekan tak ada yang memperdulikan meraka. Bahkan orang tak mengetahui bahkan tak menyangka bahwa mereka semua adalah sarjana. Karna di Indonesia terutama orang pintar dapat menjadi orang sukses karna di dunia ini orang pintar masih kalah ama orang Bejo(orang beruntung). Hah itu adalah sebuah statement seperti peribahasa orang awam di dunia ini yang terjadi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Padahal merekalah penerus bangsa ini, mereka mampu bila da kesempatan namun apa di Negara ini uanglah yang bisacara bukan sebuah kompetensi namun uang yang mengatur segalanya. Sungguh ngeri melihatnya…kita sebagai penerus bangsa hanya dapat berusaha dan berdoa saja karna.

Top of Form

1 komentar:

Physiotherapy management for COVID-19 in the acute hospital setting: clinical practice recommendations

Journal of Physiotherapy - (2020) - – - j o u r n a l h o m e p a g e : w w w. e l s ev i e r. c o m / l o c a t e / ...